Aku dilahirkan di Depok, dilingkungan yang tidak mengerti
agama. Bapakku hanya lulusan SD, ibuku bahkan tak pernah disekolahkan oleh
kakekku hingga tak bisa baca dan tulis. Ibuku pun pada awalnya tak pernah
sholat karena memang tak bisa, mungkin tak pernah ada yang mengajarkan. Tetapi mereka
mash menyuruh aku dan kakak serta adikku untuk senantiasa mengaji.
Makanya ketika masa SMA aku sering menangis untuk meminta
ibuku untuk sholat atau belajar sholat, begitu juga dengan kakakku, dan
akhirnya beliaupun mau untuk belajar, dan alhamdulillah ada tetangga yang bisa
mengajarkan beliau.
Tetapi tetap mereka masih sangat awam sekali dengan agama
terutama ibuku. Beliau masih percaya dengan berbagai khurofat/tahayyul. Masih mempercayai
suara burung, cecak, mata senut-senut, kupu-kupu, dan berbagai khurofat
lainnya.
Aku sendiri selepas SMA melanjutkan kuliah ditempat yang jauh
yaitu surabaya, dan aku sendiri saat itupun masih begitu awam dengan agama
Islam dan juga pernah tinggal dimalang, jadi aku dijawa timur sekitar 8 tahun. Yang
alhamdulillah diakhir-akhir waktu itu aku mulai mengenal agama, dikarenakn
kehausan diriku yang selama ini mencari sesuatu yang hilang, dan itulah agama
Islam, walalupun sejak kecil aku dilahirkan dalam keadaan Islam, hanya saja tak
pernah tahu ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya. Yang ku dapati hanyalah
tradisi yang turun-temurun dan tak jelas asal-usulnya yang dibaluri dengan
topeng Islam.
Ibu bapakku selama ini tinggal bersama kakak keduaku dan
adikku yang sempat kuliah dan tinggal dibogor, sedangkan kakak pertamaku sejak
kuliah sampai sekarang berada dijawa timur. Kami 4 orang bersaudara semuanya
laki-laki.
Sampai terakhir kemarin menjelang bulan romadhon 1433 H ini,
ibuku mengikuti acara pengobatan yang mengandung unsur perdukunan. Dan hal itu
dibiarkan juga oleh bapakku. Walaupun sudah diperingatkan oleh adikku sejak
awal agar tidak mengikuti acara tersebut, tetapi beliau tetap bersikeras untuk
ikut, maklumlah karena dipengumumannya gratis.
Selama ini aku sudah mencoba untuk meminta ibuku ikut
pengajian tetapi beliau selalu menolak, dan biasa kalau aku ngomong masalah itu
walau hanya beberapa kata ibuku langsung bereaksi tidak suka, dengan ungkapan
yang sering dilontarkannya: elu bikin pusing gua aja, bikin darah tinggi gua
naik aja...begitulah penolakan beliau dengan logat betawi yang kental.
Kalau sudah keluar ucapan seperti itu ditambah lagi suka
membanting pintu kamar, maka kami hanya terdiam. Seperti itu yang terjadi
selama ini.
Kemudian, beberapa hari menjelang romadhon, aku mencoba
mengundang ustadz untuk datang kerumah dalam rangka pengajian keluarga, aku
beritahu ibu-bapakku, kakak dan adikku, alhamdulillah ibu bapakku mau ikut
walaupun dengan terpaksa dan masih ada sikap penolakan dengan berbagai alasan
bahkan ibuku mengancam mau pergi kerumah saudara saat ada pengajian.
Tetapi sayang sungguh disayang adik dan kakakku malah gak
ikutan, dengan berbagai alasan. Akhirnya aku, istriku dan ibu-bapakku yang
mengikutinya sampai selesai, wlaupun ibuku terlihat tidak konsen dengan
berbgaia gerak-gerik yang terpaksa.
Seminggu berikutnya aku undang lagi ustadz datang kerumah. Aku
juga beritahukan kepada bapakku, ibu, dan kakakku, walaupun agak mendadak
sehingga tak sempat menyampaikannya kepada adikku karena dipagihari itu adikku
tidur. Ketika aku beritahukan aku undang ustadz lagi ibuku masih menolak dengan
berbagai ungkapan, tapi alhamdulillah beliau pada akhirnya mengikutinya, itupun
karena istriku harus menangis dulu untuk membujuknya.
Tetapi bapakku sekarang malah gak ikut, begitu juga dengan
kakak dan adikku. Padahal aku berharap banyak pada kakak dan adikku yang
sebenarnya mereka sudah agak mengerti dengan agama untuk menemani ibu mengaji
dikeluarga kami. Yah...tapi begitulah kenyataannya, katanya mereka selalu
berdoa agar ibuku mendapat petunjuk, tetapi kenyataan realitanya tak ada aksi
yang lebih selain berdoa, yah karena memang mereka selama ini merasakan
kemanjaan yang diberikan ibuku sehingga begitu takut jika ibu sudah
mengeluarkan kata-kata ancamannya.
Maaf segini dulu kisahku...jika sempat aku akan perbaiki...insyaalloh.